Rabu, 30 Maret 2011

Anis Matta: Kami Bertempur dengan Bambu Runcing

NAMA Sekretaris Jenderal Anis Matta dan Ketua Dewan Syura Hilmi Aminuddin disebut Yusuf Supendi sebagai biang perpecahan Partai Keadilan Sejahtera. Keduanya dituding membuat PKS lebih pragmatis dan tak setia di jalur dakwah. Kamis pekan lalu, wartawan Tempo Pramono dan Sunudyantoro menemui Anis di ruang kerjanya sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat.
Yusuf Supendi melawan balik setelah dipecat. Apa alasan pemecatannya?
Kasusnya sejak 2003. Usul pemecatannya sudah ada dari daerah pemilihannya di Bogor, sejak dia masih di DPR. Tapi resminya baru 2009. Majelis Syura yang memutuskan pemecatan.
Apa kasusnya sehingga seorang pendiri partai dipecat?
Saya tidak akan membuka kasusnya. Kami menjaga kehormatan orang. Contoh kasus lama, di PKS ada kasus perzinaan. Pelakunya dipecat. Sanksi diberikan untuk menimbulkan efek jera, bukan membunuh karakter. Jangan satu kesalahan menghancurkan sisa hidup, sehingga kasus tidak dibuka ke publik. Hukum kami sangat rigid.
Yusuf Supendi menuding Anda menggunakan dana kampanye Adang Daradjatun senilai Rp 10 miliar.
Saya memang ditugasi DPP mengkoordinasi kampanye di Jakarta. Semua dikelola kolektif. Tapi urusan keuangan saya tak ikut. Itu urusan pengurus wilayah.
Sumber kami menyatakan Anda menggunakan dana kampanye untuk membeli mobil mewah....
Ha-ha-ha.... Saya tidak pernah menerima uang. Lagi pula, rumah saya di Utan Kayu, masuk gang kecil. Mana bisa mobil besar lewat? Cek saja daftar kekayaan saya.
Katanya, Anda mengakui secara tertulis penyelewengan itu ketika pengurus wilayah Jakarta menginvestigasi, tapi dihentikan oleh Hilmi.
Di PKS tak ada SP3 (surat perintah penghentian penyidikan). Sistem yang kami pakai adalah pendekatan Islam. Kalau kasus terbukti, tak akan dimaafkan. Itu berlaku tanpa pengecualian, termasuk saya. Ustad Hilmi tidak bisa mengintervensi.
Bukankah posisi Hilmi sangat kuat?
Orang salah duga kalau menganggap beliau sangat kuat di PKS. Dia tidak mau dominan. Dia teguh dan lembut, sangat kebapakan. Dan dia tak akan bersaing dalam jabatan. Perannya sebagai orang tua tetap diperlukan.
Yusuf juga menuding Anda dan Hilmi mempengaruhi hasil keputusan Majelis Syura yang mendukung Amien Rais dalam Pemilihan Presiden 2004. Benarkah Anda mendukung Wiranto?
Saya waktu itu memang mendukung Wiranto. Saya berhitung, dia yang punya peluang menang karena Golkar partai pemenang saat itu. Waktu itu kan belum ada survei, intuisi saja. Nah, kami waktu itu berdebat seru. Pertimbangan besar memilih Amien adalah merawat konstituen. Kami juga sudah bersama Pak Amien sejak 1999. Hasil voting, pendukung Amien menang. Saya orang pertama yang bilang taat pada keputusan itu.
Kabarnya, ada transfer dana dari Wiranto supaya PKS beralih mendukungnya.
Tidak ada. Kami berkepentingan mengalahkan Megawati. Logis saja kami dukung yang bakal menang.
Menurut Yusuf, dari situlah terjadi perpecahan di PKS, memunculkan faksi Keadilan dan faksi Sejahtera. Gaya hidup petinggi PKS dinilai jauh dari selayaknya pemimpin partai dakwah....
Itu tidak benar. Ini kasus lama. Kami merujuk pada ajaran Islam soal yang disebut sebagai kemewahan. Fasilitas ini adalah sarana. Aktivitas menentukan fasilitas.
Yusuf juga menyatakan mayoritas dana Partai Keadilan pada 1999 berasal dari Timur Tengah. Benarkah?
Bagaimana ceritanya? Wong di sana lagi susah semua. Secara ekonomi, kami lebih makmur daripada Mesir. Dana kampanye berasal dari dalam partai sendiri. Kami kampanye door to door karena tak bisa bayar iklan. Ibaratnya, kami bertempur dengan bambu runcing.
Apa PKS akan melawan balik serangan Yusuf?
Sudah banyak isulah, dari video (mirip Anis yang sedang bercinta dengan perempuan) sampai kasus daging (Tempo, 14-20 Maret 2011). Sudah 13 tahun kami belajar. Kami jauh lebih santai menghadapi yang seperti ini. Saya dengar masih ada dua-tiga serangan lagi. Sebagian terkait dengan saya.

Sumber : http://majalah.tempointeraktif.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar