Selasa, 01 Maret 2011

Untuk Siapa Ibadahmu?

Siang itu matahari menghujam permukaan bumi dengan deras. Suasana padang pasir semakin membara karena siang itu kaum muslimin saling berhadapan dengan pasukan penentang Islam. Ditengah kerumunan dua pasukan yang saling mengayunkan pedang, panah, dan tombak, terlihat Ali bin Abu Thalib berjuang sedang menaklukan musuhnya. Kali ini Ali mendapatkan lawan yang sebanding, namun dengan pertolongan Allah, Ali berhasil menjatuhkan lawannya. Hanya butuh beberapa detik saja bagi Ali untuk memenggal batang leher lawannya.

Namun tiba-tiba dengan licik sang lawan yang sudah terjepit meludahi wajah Ali. Entah angin apa yang menerpa Ali, seketika itu juga pedang yang sudah siap memenggal kepala sang lawan meregang.
“Pergilah,” ucap Ali. “Sekarang engkau bebas”.
Sang lawan merasa heran dan bingung. “mengapa engkau melepaskan aku?” , tanya sang lawan.
“Sebelum engkau meludahi wajahku, aku berperang karena Allah semata, tapi saat engkau meludahi wajahku, timbul kemarahan dalam diriku. Aku berperang karena ingin menegakkan Islam bukan atas dasar kemarahan”.

Kurang lebih seperti itulah kisah masyhur ketika Ali tidak jadi membunuh lawannya di tengah peperangan hanya karena sang lawan meludahi wajah Ali. Kisah tersebut, sekali lagi, memberi kita sebuah pelajaran berarti mengenai pentingnya niat. Dalam 40 hadist Arbain, hadist yang memaparkan tentang niat menempati urutan pertama. Kita pun bisa melihat di beberapa buku hadits lainnya, tema niat senantiasa mengisi halaman pertama dalam lembaran pembahasan.

Niat merupakan fondasi dalam setiap aspek kegiatan hidup kita. Dalam ruang kajian psikologi, saya melihat niat sebagai area motif. Motif inilah yang ketika dilakukan berubah menjadi motivasi atau penggerak. Niat atau motif meliputi semua penggerak, alasan dalam diri yang menyebabkan manusia bergerak atau berbuat. Dari motif ini kita bisa membongkar tiga aspek utama, yaitu apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, dan mengapa melakukannya. Niat masuk ke dalam area ‘mengapa’.

Niat adalah tujuan. Hasil akhir yang ingin didapatkan atau diperoleh ketika seseorang melakukan sesuatu. Dalam hadis arbain pada bab niat diceritakan bahwa ada seorang sahabat yang hendak melakukan hijrah tapi dengan alasan (niat) ingin menikahi seorang perempuan. Kemudian Rasulullah berucap bahwa amal tergantung pada niatannya. Jika memang sahabat tersebut ingin berhijrah karena hendak mendapatkan sang perempuan maka dia akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.

Sementara pada pembahasan mengenai niat lainnya jika seseorang hendak (baca:niat) berbuat baik tapi tidak dilakukan maka dia memperoleh satu kebaikan sempurna dan jika dilakukan maka dia memperoleh 10 hingga 700 kebaikan. Jika seseorang berniat jahat namun tidak dilakukan maka dia memperoleh satu kebaikan, tapi jika dia melakukannya maka dicatatnya satu keburukan.

Niat Dalam Matematika

Dalam matematika kita mengenal istilah seperti perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Selain itu, kita juga mengenal beragam angka dan jenisnya. Namun ada yang unik jika kita melihat salah satu operasi pembagian. Jika angka 0 (nol) dibagi dengan satu, dua, atau tiga maka hasilnya adalah tidak terdefinisi. Ternyata matematika tidak bisa mendefinisikan hal tersebut. Namun sebaliknya, jika angka satu (1) dibagi dengan nol (0) maka memiliki hasil, yaitu tak hingga. Lalu apa kaitannya niat dengan hal tersebut.

Kita bisa misalkan angka satu adalah pekerjaan yang kita lakukan. Satu adalah bagaimana dan apa yang kita lakukan. Sedangkan operasi pembagiaan mencerminkan bahwa pekerjaan yang kita lakukan haruslah mencapai target (goal/tujuan) sehingga bisa diartikan bahwa pembagian adalah bentuk pengorbanan atau usaha kita. Untuk mencapai hasil kita harus melakukan usaha (angka satu) dan pengorbanan (operasi pembagiaan)

Lalu angka pembaginya adalah niat. Angka pembagi tergantung kepada kita. Dengan kata lain ketika kita melakukan pekerjaan maka niat akan tergantung kepada kita masing-masing. Jika satu dibagi satu maka hasilnya tetap satu. Jika dua dibagi satu maka hasilnya akan dua. Begitu seterusnya. Nah, yang menakjubkan adalah jika angka satu dibagi nol. Maka hasilnya adalah seperti yang saya sebutkan diatas, yaitu tak hingga.

Satu mencerminkan pekerjaan yang dilakukan sedangkan nol merujuk kepada niat hanya karena Allah semata. Nol mencerminkan bahwa tidak ada Tuhan yang patut dituju/diniatkan selain Allah semata. Hati kita harus kosong (nol) dari maksud dan niatan duniawi yang sangat banyak dan beragam. Maka lihatlah hasil yang akan kita dapatkan dari sisi Allah adalah Tak Hingga.

Ya, balasan yang tak terhingga dari sisi Allah jika kita meniatkan semua ibadah dan pekerjaan kita hanya karena Allah semata. Bersihkan (nol-kan) hati dan motif kita dari balasan duniawi karena akhirat jauh lebih tak hingga dan abadi.
Jadi, kembali ke nol yuks......

Sungguh Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan, sekecil zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.An-Nisa:40

Karena itu,hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barang siapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya. (an-Nisa: 74)

Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar