Jumat, 04 Maret 2011

Kalian Tertawa Dan Takdir Pun Tertawa

Sang pemeran cerita menuturkan kisahnya dan berkata, "Aku menikah dengan seorang lelaki setelah kematian istrinya yang meninggalkan seorang anak perempuan buah hubungan bersamanya yang baru berumur empat tahun. Dia sangat mencintai putrinya dan selalu mengenang sang ibu. Hal itu membuatku merasa dengki kepadanya. Berapakali aku berusaha dengan berbagai cara dan muslihat untuk memalingkannya dari hal itu, tapi aku tetap saja tidak berhasil. Dia memberi perhatian yang luar biasa kepada putrinya. Sampai-sampai ketika anak itu jatuh sakit, dia pun membawanya ke dalam ranjang kami dan menempatkannya di antara aku dan dia, dan sesekali dia mengelus-elusnya sambil berkata, "Duhai pengganti ibu dan bapakku."

Aku menggerutu di dalam hatiku, "Sampai sebesar itu cinta dan kasih sayangnya kepada anak itu." Aku pun merencanakan niat jahat kepada anak itu. Aku akan membunuhnya, tetapi tidak membunuhnya dengan cara melenyapkan nyawanya, melainkan membunuhnya secara maknawi. Aku akan memanjakannya hingga dia menjadi wanita bodoh yang tak becus bekerja, tidak bisa menambal pakaian dan tak tahu cara memasak. Aku akan membuatnya buta tentang hal yang diperlukan seorang wanita di dalam rumahnya. Aku akan menjadikannya seorang wanita pemalas yang tak bisa mengurus urusannya.

Aku mulai menjalankan strategi, dan sang bapak senang melihat pelakuanku terhadap putrinya, karena aku memanjakan putrinya seperti yang dia duga. Sampai-sampai ketika kami berada pada meja makan dan anak itu menginginkan air, maka jika air itu berada di atas meja makan, aku pun segera menuangkan air ke dalam gelas dengan tanganku untuk meminumkannya, atau kusuruh putri kandungku untuk pergi dan membawakan air…
Selengkapnya>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar